“… I see my red door and I want it painted black.., No colours anymore I want them to turn back…
…I see the girls walk by dressed in their summer clothes.., I have to turn my head until my darkness goes…”
Penggalan
syair lagu Paint it Black dari band kenamaan Rolling Stone di Ponsel
kesayangan itu terus menemani perjalanan saya. Alunan musik membawa
angan-angan saya seolah sedang menaiki heli tempur, mengokang senapan
mesin, dan siap diterjunkan ke tengah rimba Vietnam. Saya menepuk jidat,
karena pada kenyataanya pagi ini saya cuma sekedar menumpang minibus
Hyundai bersama belasan turis bule, menyusuri padatnya traffic di pusat
kota Ho Chi Minh Vietnam.
Berbeda dengan bayangan
masa kecil saya tentang Vietnam, dan kisah pertempuran penuh aksi
seperti pada serial TV Tour Of Duty, Vietnam sekarang telah jauh
berubah. Geliat industri pariwisata di negara ini laiknya seperti
sepotong kue Rainbow Cake, kaya warna dari beragam jenis wisata.
Keindahan wisata alam di Ha Long bay, City tour di Ho Chi Minh City,
wisata adventure di Tam Coc, culinary journey khas Vietnam maupun khas
Perancis, dan serta wisata heritage di Hue City dan Hoi An. Sayapun hari
itu merasa beruntung berkesempatan menjajal paket tour mengelilingi Ho
Chi Minh City yang dulu bernama Sai Gon ini.
Memulai
perjalanan pada pukul Sembilan pagi, saya dan belasan turis lain
menikmati arahan tour guide didalam minibus ber AC. Beberapa tempat kami
singgahi selama delapan jam City Tour, mulai dari People Comitee City
Hall, Central Post Office, Reunification palace, NotreDame Cathedral,
hingga Museum War Remnants. Tentunya sebuah City tour yang menyenangkan
dengan tarif 150.000 VND atau sekitar 75 ribu rupiah, untuk dapat
mengunjungi landmark-landmark legendaris kota yang juga dijuluki Paris in the Orient itu.


Menjelang
sore, tour diakhiri dengan kunjungan ke War Remnants Museum. Berbeda
dengan beberapa lokasi sebelumnya yang identik dengan landmark bangunan
kuno, museum ini adalah gambaran singkat perjalanan perang Vietnam yang
terjadi pada kurun waktu 1957 – 1975. Perjuangan rakyat Vietnam
digambarkan jelas didalam museum berlantai tiga itu, sementara pada
bagian luarnya dipenuhi pajangan kendaraan perang dan mesin-mesin
pembunuh yang terlibat selama konflik berlangsung.

“…I look inside myself and see my heart is black.., I see my red door I must have it painted black…
…Maybe then I’ll fade away and not have to face the facts.., It’s not easy facin’ up when your whole world is black…”
![]() |
patung Ho Chi Minh dengan background Commitee Hall |
Post a Comment